Selasa, 24 April 2012

SIGALE - GALE

Pada jaman dahulu kala hiduplah satu keluarga yang menyandang gelar Raja di kampungnya yang bernama “ Raja Rahat “ dan Raja ini sudah terkenal dimana – mana karena memiliki harta yang berlipat ganda, namun hanya memiliki keturunan seorang anak laki – laki. Pada suatu hari anak satu satunya ini di timpa suatu penyakit yang  aneh dan tidak ada satu orangpun mengobati penyakit sianak ini, sehingga anaknya ini menghembuskan napasnya yang terakhir membuat sang raja sangat berduka.
          Sang Raja pun menyuruh para pengawalnya ( ulubalang ) untuk mencari para tukang ukir kayu keseluruh penjuru kampung, agar dapat membuat patung dari kayu yang menyerupai anaknya yang telah pergi meninggalkannya itu. Tidak beberapa lama kemudian datanglah salah seorang tukang ukir kayu yang sangat terkenal di daerah itu bernama “ Rahat Bulu dengan gelar Datu Manggeleng “ , sehingga sang raja pun menceritakan niatnya agar tukang ukir kayu tersebut dapat mengukir sebuah patung manusia yang menyerupai anaknya dalam waktu selama tiga hari saja, sang tukang ukir kayu ini pun dapat menyanggupi permintaan sang raja.
          Dalam pencariannya, sang kudun ( tukang ukir kayu ) ini melihat sebatang pohon yang tidak bercabang dan tidak berdaun dan besarnya sebesar tubuh manusia di dalam hutan, sang dukun pun menebang kayu tersebut karena sesuai dengan pesanan sang raja, lalu sang dukun melukis pohon itu dan mengukirnya berbentuk manusia, seolah – olah seperti manusia yang hidup dan bentuknyapun bertambah cantik setelah diberi berpakaian lengkap dengan perhiasannya.
          Alangkah gembiranya hati sang raja Rahat setelah melihat patung itu, karena benar – benar mirip dengan anaknya yang sudah meninggal, rasa sedih hati sang raja pun dapat terobati maka dilaksanakanlah acara adat pemberangkatan dengan menabuh gendang untuk memberangkatkan anaknya ke pekuburan untuk dikebumikan, dan patung tersebut digerak – gerakkan oleh tukang ukir kayu sambil menari – nari dengan mengikuti irama gendang ( ogung ) tadi. Usai acara penguburan anaknya, sang raja Rahat pun berpesan kepada penduduk yang menyaksikan acara penguburan anaknya itu, dan Raja Rahat mengatakan “ apabila suatu saat nanti saya telah meninggal dunia, patung yang kalian ukir inilah teman kalian untuk menari – nari di dekat saya, karena saya tidak memiliki anak lagi, dan patung ini saya beri nama “ SIGALE GALE “ , dan seluruh harta yang saya miliki ini dapat dihabiskan semuanya untuk makan dan minum warga, dan kalaupun ada seperti saya gunakanlah sigale gale untuk disuruh menari – nari dan untuk menghabiskan hartanya, agar jangan ada lagi kejadian seperti ini di kampung kita ini untuk di kemudian hari.” Ujar sang raja.
          Beberapa tahun kemudian, meninggallah raja Rahat ini tanpa memiliki keturunan lagi, sehingga para warga sekampung berembuklah untuk melaksanakan pesan ( tona ) sang raja semasih hidupnya kepada penduduk kampung, maka diputuskanlah untuk melaksanakan acara pemakaman seperti yang dipesankan sang raja. Dan Sigale gale pun di mainkanlah dengan menari – nari oleh sang dukun dan seluruh harta sang raja di habiskan untuk membeli makanan dan minuman, usai acara adat dilaksanakan maka diantarkanlah sang raja Rahat bersama Sigale gale ke pekuburan untuk di kebumikan bersama – sama.

          One day there was a family bearing the title of King in his village which was named "Raja Rahat" and the King is already known everywhere because he was riches man, but only has a boy.One day the child was the only one in the override of a strange disease and there is no one can treat this boy, so that his son breathed his last this made the king very sad.
          The king also ordered his bodyguards to look for wood carving artisans all over the village, in order to make sculptures out of wood that resembles a child who has had left it. Not much later came one of his wood carving artisans who are well known in that village called "Rahat Bulu with Datu Manggeleng’s title", so the king told of his intention to wood carving artisans could carve a statue of a man who resembles his son in three days course, the builders of this wood carving can be complied with the request of the king.
          In his quest, the kudun (artisan wood carving) to see a tree that is branchedless and leafless and the magnitude of the wood is just like human body, the shaman timber was cut down in accordance with the orders of the king, then the shaman paint and carve the tree human form, just like human that life and the form more beautiful after being fully dressed with jewels.
          What a happy the heart of the King Rahat after saw the statue, because really similar to her son who had died, the heart of the King’s grief can be relieved then did custom event by beating the drum of departure for his dispatch to the cemetery for burial, and the statue moved by wood carving artisans while danced with the rhythm of the drum. After her funeral, the King was advised Rahat resident who witnessed his son's funeral, and King Rahat said "if one day I had died, the statue that you carve is your friends for danced near me, because I do not have children anymore, and this statue I gave the name "SIGALE GALE", and all the riches that I have, can spent all to eat and drink for whole residents, and if there is like me use Sigale Gale to danced and can spend they property, so that no more happen like this in our village for at a later date. "says the King.
          Several years later, this King Rahat died without have children yet, so the whole village residents meet to do the message from the King when he life to the peoples of the village, it was decided to conduct a funeral like that reserved for the King. And Sigale gale was at play it danced by the shaman and the whole King's riches spent to bought foods and drinks, after the custom, the King Rahat with the Sigale – gale sent to the cemetery to buried together.


2 komentar:

  1. lau pke metode pa nh bwt translate?

    BalasHapus
  2. kayaknya pake yg harfiah yahh
    udahh bagus kok,,,,,,,
    letak grammar n tenses

    BalasHapus